Melatih kecakapan menulis bukanlah
hal yang mudah, dibutuhkan latihan yang ekstra dan tentunya seorang penulis
tidak boleh kering akan informasi, karena ia akan menulis berdasarkan informasi
yang ia dapatkan. Sadar atau tidak sejatinya setiap dari kita adalah penulis,
sejak kita lahir ke dunia di situlah lembaran buku kehidupan kita mulai
terbuka. Dalam cover buku tersebut tertulis dengan sangat jelas nama kita.
Kisah yang akan tertulis di dalamnya pun tergantung pada diri kita, apakah kita
akan mulai dengan lembaran bahagia dan berakhir sengsara, dimulai dengan
lembaran suram dan berakhir bahagia atau kita akan mulai dengan lembaran
bahagia dan berakhir bahagia pula, atau justru akan dimulai dengan suram hingga
akhirnya. Masing-masing dari kita akan berhenti menulis dan menutup lembaran
ini ketika umur kita telah sampai pada saatnya, atau dengan kata lain Allah Swt
telah memanggil kita kembali kepadanya.
Jadi, pada dasarnya kecakapan menulis
ada dalam diri kita, tinggal bagaimana dengan kita, apakah kita akan
mengaktifkan kecakan ini hingga menjadi keahlian kita atau justru kita diamkan
ia tertidur di dalam diri kita. Bila kita diamkan ia pun akan diam dan jika
kita aktifkan ia pun akan terbangun dan menjadi teman setia bagi kita. Dan
semua itu sekali lagi dikembalikan pada diri kita, mau atau tidak. Jika mau
mari bertindak, bila tidak ia akan tetap terlelap. Lebih jelasnya pembahasan
tentang kecakapan menulis akan kita bahas pada sekmen berikutnya, karena ini
merupakan topik utama dalam pembahasan kita.
Kita sudah membahas empat kecakapan
bahasa, dan pasti kita sudah sangat paham. Pertanyaannya sekarang, dimana
posisi kecakapan bahasa anda yang paling unggul? Apakah dalam hal berbicara,
membaca, mendengarkan, menulis, atau keempat-empatnya? Ok, bagi yang sudah
mempunyai keunggulan silahkan ditingkatkan, dan bagi yang belum atau bahkan
belum sama sekali tidak usah risau, disinilah tepatnya kita belajar.
Lembaran-lembaran kedepan akan lebih fokus mengajak kita berbincang untuk
meningkatkan kemampuan kita dalam hal bahasa utamanya menulis karena memang ini
materi inti dalam pembahasan kita.
Lantas bagaimana cara kita
meningkatkan kemampuan 4 level kecakapan bahasa? good! pertanyaannya bagus
sekali. Tentu kita sudah paham bahwa 4 kecakapan bahasa ini mempunyai fungsi
masing-masing dalam hal realisasinya. Berbicara untuk menyampaikan, menulis
untuk menuangkan, mendengarkan untuk diendapkan dan membaca untuk dipikirkan.
Maksudnya, ke 4 kecakapan bahasa ini mempunyai fungsi dan peran masing-masing.
Atau dengan kata lain ke 4 kecakapan bahasa ini masing-masing berbeda. Beda
dalam hal apa? Hampir dalam segala hal, baik dalam proses peningkatan
kemampuannya atau dalam hal penggunaannya. Tetapi, meski berbeda antara satu
dengan yang lain sejatinya ke 4 kecakapan bahasa ini saling berkaitan. Bingung
? bagus, itu tandanya anda menangkap apa yang saya sampaikan.
Bagaimana meningkatkan kemampuan 4
kecakapan bahasa? kita kembali ke pertanyaan awal. Sepintas sudah kita
bicarakan dalam pembahasan masing-masing dari 4 level kecakapan bahasa di atas.
Tapi tidak mengapa, agar lebih jelas mari kita bahas kembali. Tetapi sebelum
itu alangkah baiknya bila kita bicarakan sedikit tentang fungsi dari 4
kecakapan bahasa. Dari ke 4 kecakapan bahasa yang masing-masing berbeda, kita
bisa mengelompokan fungsinya menjadi dua kategori. Pertama kelompok penggali
informasi dan yang kedua kelompok penyalur informasi. Lebih jelasnya yang
termasuk kelompok penggali informasi adalah membaca dan mendengarkan dan yang
termasuk penyalur informasi adalah berbicara dan menulis. Nah, dari sini tampak
jelas fungsi dari masing-masing kecakapan bahasa yang masuk dalam dua kelompok
tadi. Terlepas dari itu semua keempat-empatnya tetap merupakan ajang belajar
bagi kita.
Pertama, kelompok penggali informasi yakni membaca dan mendengarkan.
Dengan mengetahui lebih dalam untuk apa kita membaca dan mendengarkan tentu
langkah untuk meningkatkan kemampuannyapun lebih mudah. Untuk meningkatkan
kemampuan mendapatkan informasi dengan cara membaca dan mendengarkan tentu
tidak bisa hanya dengan cara membaca, membaca dan membaca atau dengan cara
mendengarkan, mendengarkan, dan mendengarkan. Karena yang terpenting di sini
bukan hanya kuantitas jumlah bacaan dan pendengaran yang kita dapatkan tapi
lebih kepada kulitas pemahaman dari apa yang kita baca dan dengarkan. Jadi,
selain meningkatkan kuantitas apa yang kita baca dan dengarkan, belajar
meningkatkan pemahaman dari apa yang kita baca dan dengarkan tak boleh kita
tinggalkan.
Pemahaman tentu tak datang dengan
sendirinya tanpa kita undang, maksudnya usaha kita dibutuhkan untuk memperoleh
pemahaman. Pemahaman tentang suatu hal akan lebih mudah muncul dalam diri kita
jika informasi tentang hal yang sedang kita pahami memadai atau bahkan banyak.
Informasi inilah yang selanjutnya akan kita gunakan untuk memahami objek yang
sedang kita pahami. Dengan kata lain orang yang cepat paham dengan apa yang
sedang ia baca dan dengarkan adalah mereka yang mempunyai banyak informasi
tentang apa yang tengah ia baca dan dengarkan.
Lantas bagaimana cara kita memperoleh
informasi tentang objek yang tidak kita pahami ? Sebagai orang cerdas tentu
kita tak boleh kehabisan akal. Informasi ini tentu tak mungkin kita peroleh
dari internal diri kita karena kita memang tak punya, jika bukan dari internal
diri kita sudah bisa ditebak pasti dari eksternal diri kita. Siapa mereka ?
Orang yang kita anggap cakap memberikan informasi yang kita butuhkan, baik
secara lisan maupun tulisan. Merekalah guru-guru kita orang yang bisa
memberikan informasi dan penjelasan tentang hal yang tidak kita ketahui
sebelumnya.
Dua metode yang bisa kita gunakan untuk
memperoleh informasi dan penjelasan dari mereka bisa kita gunakan, yakni lisan
dan tulisan. Secara lisan kita bisa memperoleh informasi yang kita butuhkan
dengan betemu langsung dengan mereka atau dengan cara memanfaatkan jejaring
sosial yang saat ini ada. Mereka tak akan pernah tahu informasi apa yang kita
butuhkan jika kita tak mau bertanya, nah disinilah rasa agois dalam diri kita
harus dihilangkan. Tak jarang ego dalam diri kita muncul hingga membatasi gerak
dan langkah kita dalam memperoleh informasi dari orang lain. ini adalah hal
yang tak boleh dibiarkan, masing-masing dari kita mempunyai kekurangan, tak
perlu malu untuk ungkapkan itu. Percayalah kekurangan yang kita miliki ada pada
orang lain. Karena itu penting kita menjalin hubungan yang baik dengan orang
lain, terlebih dengan orang yang mempunyai kemampuan di atas kita.
Tips peningkatan kemampuan dalam
membaca dan mendengarkan di atas insyaAllah bisa membantu kita benar-benar
mengamalkannya. Nah, sekarang kita beralih pada kelompok ke dua, kelompok
penyalur informasi yakni berbicara dan menulis. Sama halnya dengan membaca dan
mendengarkan, untuk meningkatkan kualitas kemampuan kita dalam berbicara dan
menulis tidak cukup hanya dengan bicara, bicara dan bicara atau dengan menulis,
menulis dan menulis. Bisa bicara dan menulis adalah modal awal kita, adapun
tentang tingkat percaya diri saat berbicara dan menulis itu adalah perkara yang
beda. Ada hal lain yang tentu tak kalah penting, apa itu ? yakni ‘mengapa kita
bicara dan menulis ?’ Ya.. karena kita bisa bicara dan menulis ! Betul sekali,
tapi ini belum tepat, jawaban yang paling tepat adalah ‘karena kita mempunyai
materi untuk kita sampaikan dan tulis. Betul, mari kita lihat.
Orang yang minim akan informasi,
dengan kata lain ini adalah pengetahuan yang ia miliki. Maka ia akan kekurangan
materi untuk ia sampaikan. Sebetapapun ia sangat pandai dalam mengolah
kata-kata. Sebetapapun tingkat percaya dirinya sangat tinggi, jika
pengetahuannya sangat minim atau bahkan tak ada tentang banyak hal, saya berani
katakan orang seperti ini nonsense.
Menulis juga sama, ia tidak jauh beda dengan bicara sama-sama media kita
untuk menyampaikan. Maka salah satu motif ‘mengapa kita menulis’ pun pasti
sama, seberapa banyak informasi yang kita miliki untuk kita samapaikan melalui
tulisan. Dengan kata lain, jika anda kategori orang yang lebih suka bicara dan
menulis, maka anda tidak boleh kering informasi dan harus selalu haus akan
informasi. Dan itu berarti kemampuan anda dalam menggali informasi tidak boleh
berada pada level di bawah rata-rata. Seorang pembicara dan penulis harus
menguasai 4 level kecakapan bahasa sekaligus yakni berbicara, membaca,
mendengarkan dan menulis.
Sedikit berbeda dengan orang yang
lebih suka membaca dan medengarkan dari pada bicara dan menulis. Mereka tidak
harus cakap dalam bicara dan menulis karena memang lebih suka menggali
informasi dari pada menyampaikan. Maka kemampuan menyampaikan tidak begitu
mereka butuhkan. Memilih hal seperti ini tentu tidak salah, tapi apalah artinya
kita mempunyai banyak informasi tanpa kita sampaikan kepada orang lain yang
pasti mereka butuhkan. Jika informasi atau ilmu yang kita miliki hanya kita
diamkan, kita hanya akan jadi buku yang berjalan yang hanya akan dibuka saat
ada orang yang membutuhkan. Karena itu, sejatinya orang yang lebih suka membaca
dan mendengarkan pun seharusnya meningkatkan kemampuan dalam hal menyampaikan
baik bicara maupun menulis. Dengan begitu ilmu yang kita miliki akan terasa
lebih bermanfaat bagi diri kita, terlebih bagi orang lain.
Penulis : Fatah Riyaman
0 komentar:
Posting Komentar