Sadarkah kita bahwa hampir semua aktivitas dalam keseharian kita didominasi oleh bahasa. Dimulai sejak kita bangun sampai kita tidur kembali, tidak satupun aktivitas kita yang tidak menggunakan bahasa. Coba tengok hampir semua pergerakan dan perubahan besar dunia digerakkan oleh bahasa.
Bila zaman sebelum kita, yakni zaman
Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw, banyak kita jumpai hal-hal yang
bersifat magic dalam menyampaikan kebenaran Allah, maka saat ini tidak banyak
lagi kita jumpai. Coba kita lihat, pada masa Nabi Musa as, Allah
menganugerahkan mu’jizat berupa tongkat
yang bisa mengalahkan semua magic dan bisa membelah lautan, salah satu
tujuannya untuk menunjukkan kemahabesaran Allah Swt. Juga pada masa Nabi
sulaiman as diberikan mu’jizat untuk mengendalikan jin dan binatang. Dan masih
banyak lagi mu’jizat Nabi dan Rasul lainya yang jauh melampui jangkauan akal
manusia atau yang lebih kita kenal dengan istilah mu’jizat.
Berbeda halnya dengan mu’jizat yang
diberikan oleh Allah Swt, kepada Nabi yang terakhir yakni Muhammad Saw. Pada
zaman ini, zaman Nabi yang terakhir Allah menurunkan mu’jizatnya dalam bentuk
bahasa, yakni Al Qur’an. Islam sebagai Agama penyempurna dari Agama yang Allah
turunkan sebelumnya, tentu merupakan agama yang paling sempurna. Tapi Allah
menyempurnakan agama-agama yang selalu menampakkan kemegikannya melalui Nabi
dan Rasul yang diutus, dengan sebuah Agama yang hanya menggunakan bahasa
sebagai senjata utama. Tapi, bukan berarti kita boleh meremehkan bahasa. Bahasa
tersusun dari kata-kata, adalah sesuatu yang simpel tapi mempunyai kekuatan
yang dahsyat. Mari kita lihat, bukankah peradaban dunia pada zaman akhir ini
selalu digerakkan oleh bahasa.
Ketika Muhammad Saw, berdakwah di
Makkah, beliau senantiasa mendapatkan hujatan dan tentangan. Salah satunya
adalah fitnah yang senantiasa dilontarkan oleh orang-orang musyrik. Untuk
menjatuhkan dakwah Rasul maka orang-orang musyrik mencoba untuk memfitnah
beliau. Akan tetapi, merekapun bingung akan memfitnah beliau sebagai apa. Untuk
memfitnah Muhammad Saw, orang-orang musyrik membutuhkan waktu yang cukup
panjang hanya demi menghasilkan label apa yang pantas disematkan terhadap
beliau. Ketika terjadi diskusi di antara petinggi-petinggi kaum musyrikin, ada
yang mengusulkan agar Muhammad Saw, disebut sebagai tukang sihir. Tapi, hal ini
ditolak dari kalangan mereka sendiri, karena faktanya Muhammad Saw, sama sekali
tidak berpenampilan sebagai tukang sihir dan tidak pernah meniupkan buhul-buhul
tali seperti yang selalu dilakukan oleh tukang sihir pada umumnya. Perdebatan
panjangpun tidak dapat dielakkan, hingga akhirnya mereka mencapai kata sepakat,
yakni memfitnah Muhammad Saw sebagai tukang sihir lewat ucapan. Mereka
senantiasa menyampaikan ini kepada setiap orang yang datang di Makkah untuk
berhaji ataupun untuk menunaikan suatu urusan.
Fakta di atas menunjukkan kepada kita
sebenarnya kaum musyrik pun tahu bahwa bahasa adalah hal yang cukup mengerikan
di antara yang lain. Baru melawan ucapan dan bahasa yang disampaikan oleh Rasul
kaum musyrik sudah kewalahan, apa lagi bila mereka berhadapan dengan Rasul dan
kaum muslim secara langsung, dan ini semua telah terbukti kebenarannya.
Singkatnya, zaman ini adalah zaman bahasa dan Dakwah yang diwariskan oleh Rasul
kepada kita adalah dakwah yang menggunakan bahasa sebagai senjata utama. Mari
kita lihat bukti bahwa sekarang adalah zaman bahasa berikutnya.
Seorang sultan penakluk
Konstantinopel yang tentu namanya sudah tidak asing lagi di ruang pendengaran
kita, ya beliau adalah Sultan Mehmed II atau yang lebih kita kenal dengan nama
termasyhurnya ‘Sultan Muhammad Al Fatih 1453 sang penakluk Konstantinopel’. Dalam
umur yang masih relatif muda yakni 21 tahun, ia berhasil menunjukkan
prestasinya merealisasikan bisyarah Rasulullah Saw, setelah 860 tahun penantian
untuk menaklukan konstantinopel. Keahlian dan kemahirannya baik dari segi ilmu
dan keahlian perang sangat terolah dengan baik. Ada 2 ilmu yang sangat menonjol
dikuasai oleh Sultan, yakni sejarah dan bahasa. Pada umur 8 tahun ia telah
merampungkan hafalan Al Qur’annya dengan sangat baik dan dalam umur 21 tahun ia
telah menguasai 8 bahasa yakni bahasa Arab, Turki, Persia, Serbia, Latin,
Yunani, Hebrew dan Perancis. Semua keahlian yang dimiliki oleh Sultan
digunakannya untuk menyokong keberhasilnya dalam menaklukan benteng
Konstantinopel.
Ini salah satu dari sekian banyak
bukti bagaimana bahasa bisa menggerakkan seseorang atau suatu kaum yang bahkan
mereka anggap sebagai sesuatu yang mustahil. Kita beralih ke fakta berikutnya,
bagaimana bahasa bisa menjadi penggerak perubahan besar dunia. Bagi yang suka
dengan sejarah, tentu sejarah tentang cikal bakal terbentuknya Negara Republik (nation
state) sudah tidak asing lagi. Sebuah bentuk Negara kesatuan yang umurnya
belum cukup lama, dan saat kelahiranya ia menjadi pengganti tahta kepemimpinan
Islam yang telah terbentuk dan terbangun kurang lebih selama 13 abad (1300)
tahun lamanya. Kepemimpinan Islam inilah yang kita kenal dengan nama Daulah
Khilafah Islamiah. Sebuah kepemimpinan Islam yang didirikan oleh Rasulullah
Saw di Madinah dan kepemimpinannya dilanjutkan oleh para khalifah-khalifah
setelahnya, yang bahkan kepemimpinan Islam mencapai 2/3 dunia. Sebuah peradaban
yang luar biasa, menjadi peradaban nomor 1 pada masanya dan banyak menghasilkan
maha karya. Tapi sayangnya peradaban ini sekarang sudah tidak ada lagi,
kegemilangan peradaban dan kepemimpinannya telah dirobohkan oleh kaum yang
benci akan Islam tepatnya pada tanggal 3 maret 1924 M. Saat ini kebanyakan dari
kita hanya mengenangnya sebagai sejarah masa lampau, bahkan yang lebih
mengerikan lagi ada sebagian di antara kita yang hanya sekedar sejarahnya saja
pun tidak tahu.
Saat ini banyak di antara kita yang
menganggap beralihnya kepemimpinan dari Islam menuju nation state yang
diusung oleh bangsa barat hanya sebatas sejarah masa lampau dan merupakan hal
yang wajar-wajar saja. Padahal, ada sebuah pelajaran berharga yang bisa kita
tarik di dalamnya. Tahukah kita siapa yang menjadi ujung tombak pengsung ide nation
state hingga akhirnya peradaban Islam dunia berubah menjadi peradaban
seperti yang saat ini kita rasakan. Ya, ia adalah Mustafa Kemal At taturk,
seorang agen yang begitu getol dan semangat menyuarakan kepemimpinan Negara
dalam bentuk nation state. Dengan lisan dan propaganda bahasanya ia
mampuh menggerakan para pemuda Turki untuk turut serta bersamanya
memperjuangkan nation state. Hingga akhirnya pada tanggal 3 Maret 1924
M, kepemimpinan Islam dalam bingkai Daulah Khilafah islamiah yang Agung
di robohkan dan digantikan dengan kepemimpinan rusak yang mereka usung.
Khalifah Abdul Hamid II dikudeta, harta bendanya disita, bahkan beliau dan
keluarganya di asingkan.
Ketika itu, Mustafa Kemal at Taturk
dan kawan-kawannya tersenyum lebar, mengantikan tahta kepemimpinan khalifah
dengan istilah presiden dan Mustafa Kemal pada saat itu menjadi presiden
pertama Negara kesatuan yang kita kenal dengan Nation State. Belum cukup
sampai di situ, ketika telah menduduki tahtanya, maka selanjutnya Mustafa Kemal
mengumpulkan para penulis barat dan memerintahkan kepada mereka untuk merubah
alur sejarah dan menyebarkannya keseluruh penjuru dunia. Hasil dari semua ini,
kita bisa melihat bahwa sejarah konvensional yang saat ini banyak kita pelajari
telah menobatkan Mustafa Kemal at Taturk sebagai pahlawan yang telah berhasil
membentuk Negara kesatuan (Nation State), padahal ia adalah pelopor
penghancur peradaban Islam yang mulia.
Ini sekilas tentang sejarah perubahan
besar dunia menuju Nation State yang karenanyalah umat Islam saat ini
mengalami disintegrasi (perpecahan) di dalam tubuhnya sendiri, bahkan saling
tidak peduli dengan sesamanya. Bila kita lihat perubahan besar ini tidak
terjadi begitu saja, tapi digerakkan oleh Mustafa kemal dengan senjata
utamanya, apa itu ? Bahasa ! Ia berhasil menggerakkan para pemuda turki dengan
bahasa dan propagandanya hingga ia berhasil membalikkan kebaikan menjadi
keburukan dan keburukan menjadi kebaikan.
Tidak jauh berbeda dengan perubahan
besar yang terjadi di atas, perubahan yang terjadi di negeri kita ini pun
digerakkan oleh orang yang cakap dalam bidang bahasa. Tantu kita masih ingat
bagimana Bung Karno berhasil menggerakkan semangat kaum muda untuk meraih
kemerdekaan. Dengan kata-katanya ia mampuh menumbuhkan rasa cinta akan tanah
air, dengan kata-katanya ia mampuh membuat masyarakat Indonesia di awal
kemerdekaan mendengarkan dan mengikuti apa yang ia ucapkan.
Cita-cita kemerdekaan ini pasti akan sampai walaupun 1000 tahun
lamanya
Ingin rasanya ikut berjuang, tapi apalah daya umur tak sampai
Tapi meski umur tak sampai 1000 tahun, yakin bahwa cita-cita
kemerdekaan ini akan sampai meskipun 1000 tahun lamanya ! (Ir. Soekarno)
Beberapa fakta di atas menunjukkan
kepada kita betapa bahasa begitu luar biasa. Kata-kata yang tersusun dengan
apik dan rapih bisa membuat seseorang tergerak untuk melakukan suatu hal.
Seseorang bisa hanyut dalam kesedihan hingga tanpa sadar ia menitikan air mata
karena bahasa, dan seseorang bisa bangkit jiwa semangat akan perjuangan hingga
ia rela syahid pun karena bahasa. Bahasa yang terkadang kita anggap suatu hal
yang biasa karena mungkin kita semua sudah bisa berbahasa, apabila ia jatuh di
tangan orang yang pandai dan cakap dalam memainkannya. Ia bisa berubah menjadi
senjata yang mematikan bagai bom dahsyat yang siap meledak saat tombol ON-nya
di tekan. Kenapa ? karena zaman ini adalah zaman bahasa.
Penulis : Fatah riyaman
0 komentar:
Posting Komentar