UHOTIMES.COM | Kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia (RI), mencatat sebanyak 39.213 siswa Sekolah Dasar (SD), 38.702 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 36.419 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), di bumi pertiwi telah putus sekolah, untuk periode 2016/2017.
Sedangkan angka putus sekolah di Sulawesi Tenggara (Sultra), terdiri dari 1000 siswa SD, 660 siswa SMP, 960 siswa SMA, dan 525 siswa SMK. Tingginya angka putus sekolah itu menarik simpati dari pemuda yang tergabung dalam Kelas Inspirasi (KI), untuk memberikan motivasi kepada anak sekolah, supaya tetap melanjutkan sekolah demi kemajuan bangsa.
Sebuah gerakan yang dilakukan oleh 128 pemuda di Kendari ini patut diacungi jempol, oleh pemerintah. Tanpa pamrih, mereka para profesional dari beragam profesi berbeda dan peduli terhadap bangsa Indonesia, khususnya Sultra, turun langsung ke sekolah untuk memotivasi siswa supaya mempunyai cita-cita, dan tetap melanjutkan sekolah sampai impian mereka terwujud.
Mereka ikhlas, membiayai diri sendiri, dan menyiapkan segalanya sendiri, hanya agar tertanam nasihat mereka dalam ingatan para murid yang belum remaja.
Baru saja, 19 Agustus lalu, Kelas Inspirasi (KI) Kendari menyembangi 10 sekolah di wilayah pesisir. Sebanyak 77 inspirator, 21 dokumentator, 10 panitia lokal (Panlok), dan 20 fasilitator dibagi merata ke setiap sekolah, dimana hari itu mereka sebut hari inspirasi.
Mereka tidak punya latar belakang pendidikan guru, namun mereka dengan gagahnya berdiri membagikan ilmu sesuai profesi mereka. Tugas mereka hanya satu, dengan sehari mengajar mereka bisa selamanya menginspirasi generasi muda.
Para Inspirator berasal dari berbagai daerah, bukan hanya Kendari, ada dari Kolaka Timur (Koltim), Muna Barat (Mubar), Konawe Selatan (Konsel), Konawe, Makassar, dan Palu. Profesi mereka juga sangat beragam, mulai dari dosen, dokter, polisi, polwan, ahli K3 industri, programmer, penyanyi, graphic designer, Air Traffic Controller Bandara, psikolog, model, jurnalis, penari, analis kesehatan, pengusaha, dan banyak lagi yang belum awam terdengar.
Koordinator KI Kendari, Rizal Adi Saputra menjelaskan, pada awalnya KI merupakan program Yayasan Indonesia Mengajar yang menjembatani para pekerja profesional dari berbagai profesi, untuk turun mengabdikan diri menginspirasi siswa, dengan memperkenalkan profesi mereka. Setelah berjalan lama, program KI menjamur ke berbagai daerah, berdiri sendiri dan tidak dibawahi Indonesia Mengajar.
Nah, di daratan bumi anoa, Kelas Inspirasi Kendari juga telah terbentuk secara mandiri dan independen, pada Mei 2017 lalu, dan telah menyembangi sepuluh sekolah di daerah pesisir Kota Kendari. Selanjutnya, KI akan terus dilaksanakan setahun sekali atau dua kali.
Khusus di Sultra, KI pertama kali diselenggarakan di Konawe pada Februari lalu, dan digagas oleh pengajar muda (PM) dari Indonesia Mengajar yang ditempatkan di Konawe. Menindaklanjuti dari sana, maka pemuda Kendari juga membentuk KI Kendari, apalagi Kendari adalah ibu kota Sultra.
Tujuan utama KI, untuk memperkenalkan ragam profesi kepada siswa, sehingga mereka tahu banyak pekerjaan dan mempunyai banyak pilihan cita-cita. "Kebanyakan anak, hanya tahu pekerjaan guru, polisi, dan tentara. Padahal, sangat banyak profesi lain yang bisa mereka cita-citakan," ungkap dosen yang biasa disapa Kak Ical.
KI terdiri dari inspirator yang memperkenalkan profesinya, dokumentatot yang mengabadikan momen hari inspirasi, fasilitator yang menengahi inspirator dan sekolah, serta panlok yang menyusun kegiatan. Nah, yang mereka ajarkan bukan mata pelajaran matematika, ipa, atau pelajaran lain.
Tapi menjelaskan siapa mereka, dimana bekerja, apa peran dalam masyarakat, bagaimana cara bekerja. Para Inpirator merupakan mereka yang sudah bekerja minimal dua tahun dalam dalam bidang masing-masing, dan mereka harus cuti untuk bisa mengajar.
"Kami tidak mengajar pelajaran umum, karena kami tidak bisa kontinyu mengajar setiap hari. Selain itu, KI memang bukan untuk mengajar secara umum, karena itu sudah bagian kerja pengajar muda dari Indonesia Mengajar. Semua anggota KI adalah relawan, mereka tidak terikat secara hukum, namun secara moral mereka selalu ingin kembali mengabdikan diri," kata dosen Fakultas Teknik UHO tersebut.
Banyak yang bertanya, kenapa harus anak SD yang menjadi sasaran KI ?. Alasannya, karena angka anak putus sekolah terbanyak pada jenjang SD, bukan karena anggaran, sebab saat ini sudah banyak bantuan pemerintah untuk sekolah dan siswa miskin. Tapi, mereka berhenti sekolah karena kurangnya motivasi. Sementara di luar sana banyak pekerja profesional yang ingin mengabdikan diri untuk pendidikan Indonesia, tapi waktu mereka sangat terbatas karena bekerja. "Itulah kenapa KI ada, dan mengapa sasarannya SD," ujarnya.
Kegiatan KI Kendari ternyata tidak habis setelah hari inspirasi. Tiga bulan setelahnya, akan ada KI Back To School, mereka kembali ke sekolah dan melihat perkembangan anak setelah dikunjungi. "Selain itu, kami juga akan membuat pemeran foto dan video untuk menunjukan kepada khalayak ramai, tentang tujuan dan kegiatan KI, supaya jiwa relawan di Kendari bisa menyebar cepat seperti virus yang membawa benih kebaikan.
Kabar baiknya, sudah ada beberapa daerah yang menghubungi kami, konsultasi untuk membentuk KI di daerah mereka, yakni Bombana, Muna, Kolaka, dan Bau-Bau," pungkasnya.(***)
Penulis : Helson Mandala Putra
0 komentar:
Posting Komentar