Ironisnya ketika semua
lebih gampang dibandingkan ketika mahasiswa menyelesaikan studi akhirnya. Mahasiswa
yang baru masuk hanya terlalu banyak berteleh-teleh diberkas yang mau dikumpul
sedangkan untuk mahasiswa akhir harus melalui tahapan demi tahapan itupun kalau
mahasiswa itu sendiri dipermuda kalau dipersulit ini menjadi masalah baru buat
si mahasiswa tersebut.
Maka hal ini harus
menjadi kesabaran buat mahasiswa, karena perjuangan sesunguhnya sudah dimulai. Didepan
sana sudah banyak tantangan yang harus dihadapi, rintangan bahkan masalah yang
harus dipicahkan. bukan hanya satu berkas yang dikumpul tetapi lebih dari satu dan berbeda-beda
tempat pengumpulannya. Belum lagi berkas yang ada di fakultas dan jurusan
masing-masing. Dari sinilah muncul yang namanya budaya antri, budaya
segerombolan yang tak mau antri. Karena bukan hanya satu orang, ratusan bahkan
ribuan mahasiswa yang ingin melengkapi berkasnya. Mungkin kalau hanya satu dua
orang bisa diatur kalau hal itu banyak maka akan lebih sulit diatur.
Belum lagi misalnya
tahapan dipertengahan kuliah dan akhir kuliah, ini juga menjadi masalah, sebab
kita harus melalui tahapan proposal dengan melakukan konsul sama pembimbing
masing-masing, belum pengurusan untuk naik ujian seperti di pengurusan
fakultas, jurusan dan yang lain-lainnya. Ini baru satu tahap belum lagi tahap
kedua dan tahap ketika semakin banyak lagi yang diurus. Belum lagi ketika si
mahasiswa tersebut sudah selesai masih ada lagi tahapan yang harus dilakukan. Seperti
tahapan pengembilan ijizah perguruan tinggi, hal itu lebih banyak lagi berkas
yang mau dikumpul, dan tidak pada satu titik focus saja tapi harus dikumpul
kesana-kemari. Tahap ini adalah tahap dimana mahasiswa harus lebih banyak
mengeluarkan uang untuk memenuhi persyaratan tersebut.
Semua tahapan itu harus
dilalui dan dilewati, karena semua itu adalah bagian dari Akademi mahasiswa.
Penulis : Red (Goresan Pena)
0 komentar:
Posting Komentar