KABAR TERBARU DAN TERKINI DI UHOTIMES.COM

PESONA TUBUH PSK POTRET KEHIDUPAN SOSIAL

UHOTIMES.COM - Potret sosial atas realitas pekerja seks komersial (PSK) ataupun para “penikmatnya” merupakan tontonan yang sudah berlangsung sejak lama. Sederetan publikasi tentang kehidupan seksual diantaranya: Perempuan-Perempuan Kramat Tunggak (1999) karya Endang R. Sedyaningsih, Jakarta Undercover (2005) oleh Moammar Emka, dan Jakarta Uncovered (2010) yang ditulis Nori Andriyani merupakan bukti betapa praktik eksploitasi tubuh masih terus berlangsung.


Meski berbagai istilah “miring” dilekatkan dalam diri PSK, seperti wanita tuna susila (WTS), pelacur, wanita penghibur, “kupu-kupu” malam, atau apapun namanya tampak tidak mampu menghilangkan transaksi seks itu. Perihal ini menegaskan bahwa sesungguhnya praktik eksploitasi tubuh bukanlah realitas yang ber-langsung natural, melainkan sesuatu yang dikonstruksikan secara sosial. Ia lahir dan eksis dari relasi kuasa dan pengetahuan (pemaknaan, interpretasi, dan persepsi) ber-bagai aktor yang berkepentingan.

Di satu sisi, PSK memaknai tubuh sebagai arena yang dapat mendatangkan materi (uang). Bagi PSK, tubuh adalah komoditi. Dalam pandangan lain namun sejalan datang dari laki-laki sebagai konsumen dengan memaknai tubuh PSK sebagai sarana penyaluran libido secara instan. Sementara pemerintah sebagai pihak yang berwenang pun kerapkali mengais keuntungan, baik secara ilegal dalam bentuk “upeti”, maupun legal melalui pajak, retribusi, atau apapun namanya. Kuasa dan pengetahuan merupakan dua hal yang mengitari praktik sosial PSK. Dalam perspektif Foucault (1980), kuasa dan pengetahuan senantiasa ber-iringan dalam relasi sosial apa pun.

Karena itu, untuk mengontrol dan mengendalikan praktik sosial itu, maka yang perlu dikontrol adalah pengetahuan para aktor, karena melalui pengetahuanlah para PSK dan “penikmatnya” menyalurkan kuasanya. Ini bukan sekadar adanya mata rantai permintaan (demand) dari kaum laki-laki dan sebaliknya penawaran (supply) layanan seks PSK, melainkan lebih dari itu adalah karena soal pemaknaan atas tubuh. Inilah yang disebut sebagai politik tubuh dalam nalar kapitalisme.

Sentuhan perspektif Foucauldian tampaknya terasa dalam buku yang ditulis oleh Saudara Ilham Syah ini. Pada prinsipnya materi buku ini disarikan dari hasil penelitian tesis penulis yang berjudul Komersialisasi Tubuh Wanita: Studi Kasus PSK di Jalan Boulevard Kota Makassar. Terdapat tiga substansi dari kajian ini, yaitu: bagaimana praktik kuasa pengetahuan dalam pewacanaan komersialisasi tubuh wanita PSK; bagaimana kuasa wacana budaya kapitalisme dalam pemaknaan PSK terhadap komersialisasi tubuh; dan bagaimana kuasa pengetahuan dalam membangun jejaring PSK dalam mengkomersialisasikan tubuh mereka.

Tentu saja kehadiran buku ini di hadapan pembaca budiman tidak bermaksud menandingi beberapa karya monumental seperti yang disebutkan di atas, tetapi setidaknya dapat berkontribusi dalam meningkatkan khasanah kepustakaan ilmu sosial terkhusus sosiologi. Karena itu, buku ini dipandang penting menjadi referensi bagi mahasiswa, peneliti, dosen, pemerhati sosial, dan pemerintah.

Sumber : http://lecture.uho.ac.id/amboupe/2016/10/05/pesona-tubuh-psk/
BAGIKAN

UHOTIMES.COM ADALAH MEDIA ONLINE INFORMASI KAMPUS UHO Di Kelola secara independen oleh LPM UHOFISIPers Yang Berada Di Fakultas FISIP UHO! Semua Artikel Publikasikan UHOFISIPers Redaksi

UHOTIMES.COM satu-satunya Portal Online Anak Fisip UHO
    Ayo Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

BACA JUGA BERITA YANG PALING BANYAK DI BACA DI UHOFISIPers.™