Meski berbagai istilah “miring”
dilekatkan dalam diri PSK, seperti wanita tuna susila (WTS), pelacur,
wanita penghibur, “kupu-kupu” malam, atau apapun namanya tampak tidak
mampu menghilangkan transaksi seks itu. Perihal ini menegaskan bahwa
sesungguhnya praktik eksploitasi tubuh bukanlah realitas yang
ber-langsung natural, melainkan sesuatu yang dikonstruksikan secara
sosial. Ia lahir dan eksis dari relasi kuasa dan pengetahuan (pemaknaan,
interpretasi, dan persepsi) ber-bagai aktor yang berkepentingan.
Di satu sisi, PSK memaknai tubuh sebagai
arena yang dapat mendatangkan materi (uang). Bagi PSK, tubuh adalah
komoditi. Dalam pandangan lain namun sejalan datang dari laki-laki
sebagai konsumen dengan memaknai tubuh PSK sebagai sarana penyaluran
libido secara instan. Sementara pemerintah sebagai pihak yang berwenang
pun kerapkali mengais keuntungan, baik secara ilegal dalam bentuk
“upeti”, maupun legal melalui pajak, retribusi, atau apapun namanya.
Kuasa dan pengetahuan merupakan dua hal yang mengitari praktik sosial
PSK. Dalam perspektif Foucault (1980), kuasa dan pengetahuan senantiasa
ber-iringan dalam relasi sosial apa pun.
Karena itu, untuk mengontrol dan
mengendalikan praktik sosial itu, maka yang perlu dikontrol adalah
pengetahuan para aktor, karena melalui pengetahuanlah para PSK dan
“penikmatnya” menyalurkan kuasanya. Ini bukan sekadar adanya mata rantai
permintaan (demand) dari kaum laki-laki dan sebaliknya penawaran (supply)
layanan seks PSK, melainkan lebih dari itu adalah karena soal pemaknaan
atas tubuh. Inilah yang disebut sebagai politik tubuh dalam nalar
kapitalisme.
Sentuhan perspektif Foucauldian tampaknya
terasa dalam buku yang ditulis oleh Saudara Ilham Syah ini. Pada
prinsipnya materi buku ini disarikan dari hasil penelitian tesis penulis
yang berjudul Komersialisasi Tubuh Wanita: Studi Kasus PSK di Jalan Boulevard Kota Makassar.
Terdapat tiga substansi dari kajian ini, yaitu: bagaimana praktik kuasa
pengetahuan dalam pewacanaan komersialisasi tubuh wanita PSK; bagaimana
kuasa wacana budaya kapitalisme dalam pemaknaan PSK terhadap
komersialisasi tubuh; dan bagaimana kuasa pengetahuan dalam membangun
jejaring PSK dalam mengkomersialisasikan tubuh mereka.
Tentu saja kehadiran buku ini di hadapan
pembaca budiman tidak bermaksud menandingi beberapa karya monumental
seperti yang disebutkan di atas, tetapi setidaknya dapat berkontribusi
dalam meningkatkan khasanah kepustakaan ilmu sosial terkhusus sosiologi.
Karena itu, buku ini dipandang penting menjadi referensi bagi
mahasiswa, peneliti, dosen, pemerhati sosial, dan pemerintah.
Sumber : http://lecture.uho.ac.id/amboupe/2016/10/05/pesona-tubuh-psk/
0 komentar:
Posting Komentar