
Dikala setiap manusia mendamba dunia, ia merubah haluan kekanakan menjadi dewasa. Di saat godaan dunia memuncak ketika tiba dewasa, aku putuskan membuat jalan baru hidupku hanya untuk dakwah. Hari ini kami berjuang bersama dalam satu ikatan persaudaraan demi melajutkan kehidupan islam dalam naungan khilafah. Begituhlah hasil akhirnya seperti skor sepak bola, lebih seru menjalani pertandingan hanya mendengarkan hasil akhir dari teman sebelah. Lebih seru menjalani dakwah berjamaan dari pada hanya mendengarkan kisah serunya dan tidak dakwah sama sekali. Waktu terus berlalu di masa peralihan menuju kedewasaan, banyak rasa dan asa teruji dari mulai biaya dan perhatian keluarga.di sekolah menengah atas saja aku hanya berbekal kemauhan tinggi untuk belajar dan selalu ingat melajutkan ke bangku kuliah. Setiap hari selalu berjuang mengumpungkan tetes darah untuk dipersembahkan dalam ritual pendidikan. Jarang rasanya merasakan aroma wanggi rumah dan hangatnya selimut tebal. Semua terlewati hanya dan jika hanya waktu terus aku gali dan bajak dengan mata cangkul pemikiran islam.
‘’ jangan pernah menggeluh, bumi ini tak akan menerima tetasan air mata’’
Meneruskan sebuah prinsip untuk mandiri, setiap hela nafas menara gading. Dakwah tak mengenal tempat dan waktu, selamat itu bukan tanpa halang ringtanga menghadap, ratusan bahkan ribuan bukan perkara menghitung jari atau membalikan telapa tangah yang dengan mudah kita lakukan dalam hitungan detik. Di tambah sebuah tantangan akan syariah dan khilafah yang disandingkan dengan banyak isu negative. Bukan iman jika tak di uji, bukan muslim kalau tak mau terus berlari kalau hanya berangan-angan dan diam. Naik-turun ketakwaan mewarnai dakwah, kepecayaan dipertemukan sebagai bentuk terindah mahakarya manusia. Sartono adalah kawan saya atau tim halaqo, nama kawan seperjuang ini ketika kami di petemukan dalam tim halaqo bersama-sama kemudian kami berdua mengadu maju dalam perjuangan ini. Tak pernah menyerah karna dalam mengembahkan opini islam di dalam kampus besar ini.
Kami belajar bersama dan bercerita tentang islam dari akar sampai kedaun. Ketika seseorang yang kita cintai karena allah swt mulai menampakan muka ceria, selajutnya ia akan menerima setiap kebenaran dari perkataanmu. Namun setiap lika-liku menjadi sebuah inspirasi yang meniadakan sakit pening akan ketidakpastian jawaban dari percobaan berikutnya. Bila bisa mencoba seribu kali, maka akan kulakukan itu dengan sungguh-sungguh cinta karena allah swt telah meresep ke dalam setiap artikel dan mengalir menggelilingi tubuh ini berkali-kali.
Rasalullah saw besabda ‘’ barang siapa mengajak kepada petunjuk allah, maka ia akan mendapatkanya pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa di kurangi sedipun oleh pahala mereka.’’ (hr. muslim)
Sabda diatas sudah cukup menjadi alasan untuk bertahan di jalan dakwah ini. Tidak ada yang dapat menjamin bahwa amalan yang kita lakukan sehari-hari akan membuat gemuk rekening pahala kita. Pahala yang di dapat dari dakwah ini insyaallah akan turut menjadi cadangan amal kita saat di timbang di yaumul mizan nanti.
Insyaallah menebar kebaikan ini termaksud kedalam salah satu dari amalan yang tidak akan pernah terputus walau ruh telah terpisah dari raga. Semakin kuat petik dawai, makin merdu nada berlarian saling kejar-kejaran membentuk sebuah keturunan bentuk dalam alunan sonar dan bunyi nyayian sunyi. Dakwah, begitulah adanya ketika kita melakukan sebuah aktivitas hari ini. Tidak adalah harapan tutur kata berada dalam barisan kolom-kolom rubric surat kabar nasional. namun akan banyak binar- binar mata menghantang sebuah perubahan diri dan mengorbangkan kembali sebuah kata tertual makna. Jaganlah pahitnya obat menghalangi upaya bersehat. Ada asap yang mungandara pasti ada sekam terbakar api, selalu ada sebab dan akibat dalam kehidupan, namun campur tangan allah swt memiliki andil lebih besar sekedar peluang usaha manusia biasa.
Pertama memikirkan kata ‘ideal’, beberapa kata terlintas begitu saja di benak: pengkaderan yang sehat, syi’arnya kuat, manajemennya tepat, fikroh dan orientasinya selamat, rekrutmennya semangat, progresnya cepat, dan jaringannya kuat. Namun naif rasanya menyebut ini sebagai ideal. Pasalnya kadar idealisme itu relatif, tergantung pada bahasanya. Beda persepsi, beda pula kadar idealismenya. Terlebih tulisan ini menyoal dakwah kampus pada tataran konsep, yang secara prinsipil merupakan kerangka tubuh atas pergerakan dakwah di kampus. Jelas perkara yang tak boleh main-main, bukan? Pun begitu, adalah wajib bagi seorang aktivis dakwah kampus untuk memahami konsep dakwah kampus, sehingga ada korelasi antara pemahaman dan pergerakan.
Dakwah kampus memang terasa sulit untuk kita bayangkan. Tetapi ketika kita berkecimput di dalam dakwah kampus maka kita akan tau apa yang sedang terjadi. Seseorang aktivis dakwah kampus akan banyak mengalami suasana terharum bila mana ia menjalani dakwah dengan sungguh-sungguh. Karna di sana banyak umat yang harus kita perhatikan.
Keterlibatan setiap individu muslim dalam sebuah jamaah dakwah jelas merupakan kewajiban dari allah swt. Namun demikian, kewajiban dakwah secarah berjamaah ini bukan berarti mengugurkan kewajiban dakwah fardiyah (individual/personal). Dakwah fardiyah tidak lain merupakan pilar penopang dakwah secarah berjamaah.
Sayangnya, ada semacam ‘sindrom’ yang, disadari atau tidak, sering diindahkan oleh sebagaian aktivis dakwah kampus dalam berjamaah. Bergabung dalam aktivis dakwah kampus, bahkan menjadi anggota tetap dalam organisasi. Tidak sedikit aktivis dakwah kampus merasa hanya karena mereka tercatat sebagai anggota jamaah dakwah. Padahal mungki mereka lakukan bertahun-tahun membayar infak, atau membaca bulletin dakwah. Secara fardiyah, tidak ada yang di lakukan selain itu. Tidak melakukan kontak-kontak dakwah secarah individual. Tidak melakukan pembinaan, tidak mengisi acara-acara pengajian. Tidak juga memperluaskan ide-ide yang diadopsi jamaahnya. Meski sekedar dengan menyebarluaskan bulletin dakwah sekaligus menjelaskan isinya kepada masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar